-->
HEADLINE
Loading...

Menguak Bukti Sejarah Kota Tua Sebelimbingan

Telah Dibaca : 0 kali


GEMA - Makam belanda ini di bangun sekitar tahun 1900 dengan nama dutch graveyard meskipun hanya berjarak beberapa puluh meter dari jalan utama tetapi tempat ini hampir belum diketahui dikotabaru apalagi mengunjunginya.

Meskipun makam ini memiliki nilai sejarah tinggi yang identik dengan kejayaan Kabupaten Kotabaru di masa colonial ketika belanda masih berkuasa.

Siang ini merupakan kali pertama kami bersama crew mengunjungi ke makam belanda yang terletak di Desa Sebelimbingan.Tujuan utama kami ke makam tua ini untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa di masa penjajahan Belanda dulu pernah menjadi sebuah kota yaitu Desa Sebelimbingan dengan berbagai peninggalannya.

Makam tua dalam bahasa belanda nya “Ducth Graveyard” akan  lebih bagus lagi bila dijadikan sebagai tempat  wisata cagar budaya untuk masyarakat Kotabaru.untuk memasuki lokasi makam belanda tersebut tidak lah mudah karena belum adanya jalan alternative untuk menuju kesana kecuali hanya jalan setapak,dan menuju ke makam tua itu kami ditemani salah seorang warga setempat yang mengetahui lokasi makam yang mau menunjukan jalan menuju lokasi.

Setelah memasuki makam ini kesan awal yang ada dibenaku adalah rasa kagum dari desain dan  nisan-nisan yang unik,benar-benar pemandangan yang tak pernah kulihat saat mengunjungi sebuah kawasan makam.Yang menarik dari desain makam belanda ini adalah bentuk nisan yang terbuat dari cor semen dan ukurannya pun lebih besar dari makam orang Indonesia yang pernah ku lihat.Bukan hanya makam belanda ternyata disekitar lokasi ini juga terdapat beberapa makam muslimin yang tidak terawat dan nisan nya pun rapuh akibat termakan zaman.

Siang yang sangat terik namun tak membuat aktifitas kami terganggu, saat melanjutkan perjalanan saya melihat sebuah pohon besar dan katanya pohon tersebut dinamakan pohon keramat kami pun mencoba mengukur diameternya dengan cara mengelilinginya.

Tetapi sangat disayangkan melihat kondisi sekarang salah satu tempat yang memiliki catatan nilai sejarah ini kurang diperhatikan,buktinya banyak konstruksi makam yang hancur walaupun memang ada sebagian yang masih bertahan dengan baik tapi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang rusak,sebagian batu nisan bahkan hilang.Menurut info yang kami dapat dari masyarakat setempat kemungkinan warga mengira bahwa di dalam makam tersebut terdapat harta karun milik mayat yang dikubur bisa juga mereka mencari brang antic yang dikubur bersama mayat ini untuk mendapatkan nya barang-barang antik atau harta karun yang belum tentu ada mereka membongkar makam ini.

Jika kawasan makam ini terawat dengan baik betapa megah dan indahnya lokasi bersejarah ini dan pasti akan menjadi obyek wisata baru yang tidak kalah menarik. Menurutku seandainya tempat ini lebih mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait makam belanda ducth graveyard bisa menjadi salah satu asset cagar budaya yang dimiliki kabupaten kotabaru.Namun entah kenapa makam ini terlihat menakutkan karena tidak adanya perawatan.

Setelah puas melihat bukti-bukti kejayaan masa lalu sebelimbingan kami pun menyudahi perjalanan penuh tantangan ini namun masih banyak lagi peninggalan-peninggalan belanda lain seperti jembatan tua dengan rel kereta apinya dan bekas bangunan bank dan kami akan mencoba mengungkap lagi bukti sejarah yang lain di sebelimbingan ini.







- Penulis : Siti Aisyah - Editor : Rian - Sumber : Gema Saijaan Online
Share:

“ Sa-Ijaan & Ikan Todak ” dan Asal Usul Pulau Laut

Telah Dibaca : 0 kali



Gema - Hai Sobat Gema Saijaan masih ingat ngga cerita tentang DATU MABRUR nah kita akan coba tulis asal usul dan legenda IKAN TODAK yang sekarang menjadi Lambang atau Iconnya KAB. KOTABARU.

Pada zaman dahulu kala ada seorang Datu sakti mandraguna yang karena kesaktiannya kala itu beliau dapat bertapa di tengah laut. Nama beliau adalah Datu Mabrur beliau kala itu sedang bertapa diantara Pulau Kalimantan dan Selat Makassar. Menurut legenda Datu Mabrur bertapa disana adalah untuk memohon kepada Tuhan Sang Pencipta agar diberikan sebuah pulau oleh-Nya, yang nantinya akan dijadikan tempat bermukim bagi anak cucu dan keturunannya kelak.

Dengan kebulatan tekadnya, Datu Mabrur tidak mundur dalam tapanya. Walaupun ketika malam hari cuaca sangat dingin, angin, hujan, embun, dan kabut seakan membekukan tubuhnya. Dan dikala siang terik matahari membakar seluruh tubuhnya yang hanya dibungkus sehelai kain. Tubuh Datu Mabrur kala itu menjadi sangat kurus karena dia tidak pernah makan, kecuali meminum air hujan dan embun yang membasahi bibirnya. Walau demikian tidaklah mundur tekadnya. Seluruh penderitaan itu sirna tatkala membayangkan mendapatkan sebuah pulau bagi anak cucunya kelak, tidak dibawah kekuasaan Pulau Kalimantan ataupun Pulau Sulawesi.

Pada suatu ketika menjelang hari akhir pertapaannya, saat itu kondisi air laut tenang sekali. Tiba-tiba seekor ikan besar muncul dari permukaan laut seakan terbang mengarah padanya. Rupanya ikan itu sengaja menyerang beliau. Menyaksikan itu Datu Mabrur tidak beringsut dari duduk tapanya, namun beliau hanya menepis serangan mendadak itu dengan tatapan matanya. Sungguh ajaib, hanya dengan tatapan matanya ikan itu terpelanting dan jatuh kembali ke air tanpa mampu menyentuh tubuh Datu Mabrur. Serangan ikan ini terjadi berulang kali. Bahkan tiba-tiba muncul ribuan ikan beraneka macam, berbobot besar mengepung beliau dengan memperlihatkan gigi dan tanduk runcingnya berkumpul mengelilingi beliau bagaikan prajurit perang yang sedang mengepung pertahanan musuhnya.
Para ikan ganas yang mengepung Datu Mabrur pada akhirnya benar-benar melakukan serangan beruntun tanpa henti kearah beliau, namun seluruh ikan yang menyerang tersebut jatuh persis ketika Datu Mabrur membuka matanya secara tiba-tiba.

Merasakan gerombolan ikan ini tidak akan berhenti menyerangnya, maka Datu Mabrur langsung berkata :
“Hai.. Ikan! Kenapa kalian mengganggu tapaku, ikan apa kalian ini?”, ujar Datu Mabrur.
“Kami ikan todak, dan aku Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Tahukah kau, tapamu membuat lautan kami bergelora? Kami terusik! Dan aku memutuskan untuk menyerangmu, tapi kami akui dirimu memang sakti. Hai Datu Mabrur, aku Raja Ikan Todak mulai hari ini mengakui takluk oleh mu”, ujar Raja Ikan Todak menjawab.
“jadi itu rakyatmu...?”, tanya Datu Mabrur sambil menunjuk ribuan ikan yang mengepung karang tempatnya bertapa.
“Ya, Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu Datu”, ujar Raja Ikan Todak menjawab dengan nada penuh kebesaran jiwa.
Walau demikian hingga berakhirnya hari pertapaannya, Datu Mabrur belum juga mendapatkan tanda atau wangsit bahwa permohonannya akan dikabulkan. Karena sejauh mata memandang yang tampak hanya laut luas yang membiru, hembusan angin laut yang menderanya. Tidak ada tanda-tanda pulau yang diharapkannya akan hadir dipelupuk matanya.
Disela-sela harinya, Datu Mabrur membantu mengobati Raja Ikan Todak yang terluka akibat pertempuran dengannya kemarin. Raja Ikan Todak menawarkan Datu Mabrur untuk tinggal di istana bawah lautnya yang terbuat dari emas dan permata, serta dilayani oleh dayang-dayang putri duyung yang rupawan. Akan tetapi tawaran menggiurkan itu ditolak dengan hormat oleh Datu Mabrur, sambil menceritakan niatnya bertapa diperairan itu.
Bak gayung bersambut sayap mengepak, maksud dan impian Datu Mabrur justru ditanggapi dengan serius oleh Raja Ikan Todak dengan menyanggupi akan mengabulkan keinginan dan niat tapa sang Datu. “Aku takkan berdusta, ini sumpah seorang Raja!”, ujar Raja Ikan Todak bersemangat.
Mendengar hal ini Datu Mabrur tersenyum lembut dengan penuh kasih sayang mengangkat sang Raja Ikan Todak itu dan mengembalikannya ke laut.
“Sa-Ijaan!”, seru Raja Ikan Todak.
“Sa-Ijaan!”, sahut Datu Mabrur.
“Sa-Ijaan!” yang artinya SEIYA SEKATA/SEPAKAT/SATU SUARA

Sebelum tengah malam sebelum batas waktu pertapaannya berakhir, Datu Mabrur dikejutkan oleh suara gemuruh yang datang dari dasar laut. Ternyata dilihatnya jutaan ikan dari berbagai jenis muncul sembari mendorong daratan baru dari dasar laut dibawahnya. Sambil mendorong, jutaan ikan tadi serentak berteriak “Sa-Ijaan!”,

Melihat hal ini Datu Mabrur tercengang dikarang pertapaannya memandang Raja Ikan Todak benar-benar memenuhi sumpahnya. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun.
Alkisah, Pulau Halimun kemudian disebut Pulau Laut. Sebab pulau ini timbul dari dasar laut dan dikelilingi laut. Sebagai hikmahnya, kata Sa-Ijaan dan Ikan Todak dijadikan slogan dan lambang Pemerintah Kabupaten Kotabaru, Kalimatan Selatan.



-Sumber : Gema Saijaan Online
Share:

Tradisi Lomba Perahu Katir

Telah Dibaca : 0 kali


Gema - Hello Sobat Gema Saijaan Kali ini kita akan kasih artikel tentang "Tradisi Lomba Perahu Katir" Tau ngga sih Tradisi Lomba Perahu Katir itu apa ?

Tradisi Lomba Perahu Katir adalah Tradisi balapan atau lomba perahu katir yang biasa diselenggarakan antara bulan Juli-Agustus setiap tahun di Pulau Kerayaan sekitar 140 km sebelah selatan Pulau Laut 

Kotabaru. dan akan dijadikan wisata bahari andalan Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

Katir Race (lomba perahu Katir), kegiatan Lomba Perahu Katir ini merupakan kegiatan tahunan yang sudah dijadwalkan dalam agenda kegiatan pariwisata Kabupaten Kotabaru. 


Kegiatan tersebut merupakan jenis kegiatan bahari yang menyerupai jenis kegiatan lomba perahu layar. Selain diikuti oleh peserta dari daerah sekitar Kabupaten Kotabaru sendiri, kegiatan ini juga diikuti oleh peserta dari luar daerah, lomba tersebut terbuka untuk umum tidak hanya terbatas untuk warga sekitar saja.
Sebagai objek wisata adu perahu katir akan diadakan di kawasan lokasi Siring Laut dan Pantai Gedambaan yang relatif lebih dekat dengan ibukota kabupaten

Lomba perahu katir merupakan satu-satunya yang ada di Kotabaru dan tidak ada satu daerah lainnya di Indonesia yang menggelar event serupa.
Namun keinginan menjadi kegiatan nelayan berlomba perahu mini menjadi obyek wisata andalan itu mengalami kendala infrastruktur ke wilayah tersebut.
Hingga saat ini jalan yang mengakses ke lokasi obyek wisata di Pulau Kerayaan di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan tersebut, masih banyak yang berlubang dan berbatu, serta ditumbuhi semak belukar.
Terutama badan jalan mulai dari, Tanjung Serdang, Salino, Semisir, Sungai Pasir, Semaras, Lontar hingga Tanjung Lalak.

Lomba perahu katir yang biasa dilakukan nelayan lokal untuk mengisi waktu saat beristirahat tidak melaut, karena angin kencang itu dapat dijadikan salah satu obyek wisata andalan, karena lomba tersebut hampir sama yang dilakukan oleh luar negeri.
Hanya besarnya perahu saja yang berbeda, kalau di luar negeri perahu dan layarnyanya berukuran besar, tetapi untuk di Pulau Kerayaan perahu dan layarnya berukuran kecil untuk satu operator.
Nah Sudah Pada Tahu kan



- Penulis : Nurul Auda - Editor : Erwin Gema Saijaan Online
Share:

Arsip Blog

Follow Twetter Gema Saijaan Online
Follow Facebook Gema Saijaan Online
`
 
Tutup
Hosting Murah